Salam buat calon calon entrepreneur hebat
Kalo ada pertanyaan
anda memlih bekerja atau menjadi seorang enterpreuner ?
Motivasi buat sahabat
semua, jangan pernah kita berfikir
untuk menjadi pekerja untuk selamanyaTapi jadilah
seorang pemimpin dalam suatu
pekerjaan tersebut, dimna anda
akan menjadi seorang piioner dalam perusahan anda, Memang
konsekwensi yang di peroleh
tidaklah mudah dan perjuangan yang di lakukan tidak semudah membalikan
telapak tangan, Banyak hal yang akan terjadi yang akan
menjadi boomerang dalam
menjalani ini, anda akan merasakan terjatuh,terjatuh dan terjatuh, tapi seorang pemimpin/ enterpreuneur hebat, tidak pernah memandang berapa
kali dia terjatuh dan seberapa
sakit yang dia rasakan, tapi seberapa besar kemauan untuk
bangkit untuk mencapai mimpi
tersebut .
Sahabat kenal dengan namanya Aqua, mungkin nama aqua tidak asing
lagi di telinga
kita namun di balik kejayaan aqua
si raja air dari Indonesia memiliki
kisah yang sangat inspiratif.
Disini saya akan berbagi info tentang
perjuangan AQUA untuk menjadi
perusahaan yang besar di Indonesia yang di pimpin oleh Pak Tirto Utomo
Cerita ini tentang perjuangan Pak Tirto Utomo dalam merintis
Air Minum Aqua, dari dihina banyak orang sampai sekarang menjadi air minum
dalam kemasan terbesar di Indonesia. Cerita ini sangat inspiratif dan harus
dishare untuk semua Sobat Studentpreneur, baik yang sudah mempunyai bisnis atau
yang masih dalam tahap ingin mempunyai bisnis. Bukan sekedar tips bisnis untuk
pemula, namun tentang ketangguhan mental Pak Tirto, strategi bisnis beliau
ketika Aqua masih sangat kecil, sampai alasan kenapa harus berafiliasi dengan
Danone.
Pak Tirto yang lahir pada Maret 1930 bekerja di perusahaan
asing ketika masih muda. Ketika tamu perusahaannya yang orang asing berkunjung
ke Indonesia, banyak yang mengeluh soal air minum. Mereka banyak yang sakit
perut, atau sekedar tidak suka rasa air minum saat itu, yang memang hanya
direbus dari air tanah. Selain itu, Pak Tirto yang juga sering ditugaskan ke
luar negeri oleh perusahaannya, mengamati bahwa di luar negeri, sudah banyak
sekali air mineral dalam botol yang dijual dan dikonsumsi secara bebas. “Wah,
di Indonesia tidak ada nih, “ pikir beliau saat itu. Pak Tirto mulai menangkap
adanya peluang air putih dalam kemasan yang saat itu tidak ada di Indonesia.
Pak Tirto pun memutuskan untuk belajar mengenai cara membuat
air minum dalam kemasan ke Bangkok, Thailand. Saat itu, dia sampai ditertawakan
oleh Bapak Ibnu Sutowo, salah satu petinggi militer Indonesia. Bapak Ibnu
Sutowo sempat mengatakan, “Tirto, kamu itu kok aneh-aneh. Di Indonesia ini air
sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau jualan air putih”. Wajar saja kalau Pak
Ibnu berpendapat seperti itu, karena di Indonesia memang semua orang minum
langsung dari rebusan air tanah, tidak ada industry air minum sama sekali.
Namun, Pak Tirto menunjukkan ketangguhannya. Ciri-ciri
seorang entrepreneur dengan jelas dia perlihatkan, sikap pantang menyerah!
Beliau sangat yakin bahwa Aqua akan maju dengan cepat, karena memang tidak
mempunyai saingan di Indonesia. Maka beliau memutuskan keluar dari perusahaan
dan membangun pabrik Aqua di Bekasi pada tahun 1973. Ada cerita menarik ketika
Pak Tirto akan membuat Aqua ini. Nama awal Aqua adalah Puritas. Namun, ketika
Pak Tirto membuat logonya, desainer logo tersebut memberikan saran bahwa nama
Puritas terlalu sulit untuk dilafalkan, dan menyarankan memakai nama Aqua saja
yang artinya air. Pak Tirto langsung senang dan mengganti nama Puritas menjadi
Aqua. Produksi segera dimulai pada tahun 1974 dan mulai dijual pada Oktober
1974. Semua sudah sesuai rancangan, optimism membumbung tinggi, kesuksesan di
ujung mata, dan… Aqua TIDAK LAKU!!
Pasar Indonesia masih belum bisa menerima air minum dalam
botol. Mereka menganggap minum air rebus dari air tanah sudah cukup. Penjualan
terus merosot, sampai 3 tahun terpaksa Pak Tirto memberikan ultimatum pada
timnya. Kalau sampai tiap bulan masih harus ada investasi tambahan untuk biaya
operasional, maka terpaksa aqua harus ditutup. Akhirnya, tim penjualan
mengujicoba konsep ekstrem. Harga Aqua dinaikkan tinggi, dengan harapan margin
semakin besar untuk menutup kerugian. Ajaibnya, jumlah penjualan bukannya
turun, malah naik dengan sangat drastis! Itulah titik balik kebangkitan Aqua.
Pasar Aqua ketika itu masih terbatas orang asing atau
ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Contohnya salah satu perusahaan Korea
yang mengerjakan proyek tol Jagorawi menjadi pelanggan setia Aqua. Kalau
pekerja Indonesia hanya minum kopi atau teh, justru ekspat di perusahaan
tersebut hanya minum air putih botolan merk Aqua. Pada tahun 1984, barulah Aqua
masuk ke pasar lokal, namun masih sangat eksklusif di toko-toko tertentu. Sudah
mulai ada pelanggan tetap air galonan, namun sangat terbatas di kalangan
eskpatriat. Saat itu, di pasar air dalam kemasan yang laris terjual dan ada di
hampir semua toko adalah berwarna merah (tidak perlu menyebut merknya, namun
saya rasa anda pasti sudah tahu merk apa itu). Aqua sendiri hampir tidak
terlihat di pasaran.
Namun bukan Pak Tirto namanya kalau menyerah begitu saja.
Beliau mempunyai cita-cita di setiap toko, ada warna biru (logo Aqua berwarna
biru) diantara warna merah. Dimulailah strategi guerilla marketing ala Pak
Tirto. Dimulai di kota Jakarta, setiap warung dan pedagang rokok diber 3 botol
gratis pada awalnya. Waktu itu tim penjualan banyak yang bertanya pada Pak
Tirto, “loh pak kok Cuma 3 botol?”. Namun beliau justru menjawab, dengan hanya
3 botol tiap toko, maka setiap 2 botol laku, tinggal 1 botol. Hal ini akan
membuat kesan Aqua sangat laris. Mulailah ketika 3 botol itu habis,
warung-warung dan pedagang rokok memesan ulang Aqua, dan kali ini sudah
membayar, tidak lagi gratis.
Strategi distribusi ini memang kelihatan sederhana, namun
berhasil membuat Aqua tersebar dimana-mana. Dengan cepat masyarakat lokal bisa
menemukan Aqua di pedagang kecil, pasar, restoran, dan hotel sekalipun. Target
Pak Tirto juga sangat tinggi. Sekian persen untuk pasar, sekian persen untuk
restoran, sekian persen untuk hotel, yang penting Aqua ada dimana-mana.
Perlahan pengakuan masyarakat terhadap merk Aqua pun mulai timbul, meskipun
masih sangat kecil. Masih banyak yang merasa aneh kenapa mereka harus membeli
air dalam botol, ketika air rebus dari air tanah masih bisa diminum.
Kembali lagi kecemerlangan strategi bisnis Pak Tirto keluar.
Aqua berusaha mengasosiasikan produknya dengan “air minum sehat”. Mereka
berusaha mengedukasi pasar bahwa air minum botolan lebih segar dan sehat
daripada air rebusan. Caranya? Dengan cara memberikan banyak sponsorship pada
acara-acara olahraga dan anak muda. Puncaknya, Aqua menjadi salah satu sponsor
PON, Pekan Olahraga Nasional yang merupakan kompetisi olahraga terbesar
nasional. Akhirnya mindset terbentuk pada masyarakat, Aqua ini airnya atlet,
airnya orang sehat, jadi kalau mau sehat, ya harus minum Aqua. Mindset kuat ini
berhasil membuat market dari air minum dalam kemasan menjadi besar, dan Aqua
pun menjadi booming di masyarakat.
Seperti layaknya gadis yang semakin cantik dan sexy, pasar
air minum dalam kemasan yang membesar pun tampak sangat sexy di mata banyak
orang. Akhirnya kompetitor atau pesaing pun mulai bermunculan. Aqua yang
awalnya menjadi single player di industri ini, mendadak harus bersaing dengan
beberapa kompetitor sekaligus. Internal perusahaan menjadi tidak tenang, mereka
takut Aqua kalah dalam persaingan.
Sekali lagi, Pak Tirto menunjukkan kelasnya sebagai
pengusaha sukses yang telah matang. Beliau hadir bagaikan obat penenang untuk
internal perusahaan. Bukannya kawatir, Pak Tirto malah bersyukur dengan
kehadiran kompetitor tersebut.Beliau berkata, “Jangan takut sama kompetitor,
rangkullah mereka. Karena dengan competitor, saya yakin industri semakin maju.
Berarti masyarakat justru akan semakin teredukasi tentang sehatnya air minum
kemasan ”. Ketenangan ala Pak Tirto ini menyuntikkan semangat baru pada
internal perusahaan Aqua. Resiko sebagai pioneer adalah diserang berbagai pihak
pesaing. Bukannya stress atau tertekan, Pak Tirto itu justru suka tertawa
sambil menggelengkan kepalanya dengan lucu. Beliau adalah orang yang berpikiran
sangat positif, sederhana, dan menyenangkan bagi banyak pihak.
Guncangan terbesar Aqua terjadi ketika sosok penenang
sekaligus bapak dari semua karyawan Aqua, Pak Tirto, meninggal di usianya yang
ke 64 tahun. Praktis ketika beliau meninggal pada tanggal 16 Maret 1994, hari itu
juga menjadi hari terkelam dalam sejarah Aqua. Pihak internal perusahaan sekali
lagi sempat kehilangan arah. Mungkin kalau dibandingkan dengan dunia bisnis
modern, bagi Aqua,
Maka dengan niatan tersebut, kerjasama historis dengan
Danone dari Prancis pun terwujud. Danone yang merupakan salah satu perusahaan
air minum dalam kemasan terbesar di dunia adalah solusi terbaik bagi Aqua untuk
mewujudkan cita-cita Pak Tirto. Kerjasama antara Aqua dan Danone semakin
memantapkan posisi Aqua sebagai air minum terbesar di Indonesia. Cita-cita Pak
Tirto untuk membuat warna biru sejajar dengan warna merah pun semakin mendekati
kenyataan.
"Ini Tentang Mimpi, untuk sahabat semua kita boleh bermimpi setinggi mungkin, tapi kita harus tau resiko yang harus di ambil untuk meraih mimpi tersebut
sang pemimpi tidak pernah takut dengan resiko atau kegagalan, ketahuilah keinginan kita untuk sukses meraih mimpi harus melebihi ketakutan kita untuk gagal."
"Ini Tentang Mimpi, untuk sahabat semua kita boleh bermimpi setinggi mungkin, tapi kita harus tau resiko yang harus di ambil untuk meraih mimpi tersebut
sang pemimpi tidak pernah takut dengan resiko atau kegagalan, ketahuilah keinginan kita untuk sukses meraih mimpi harus melebihi ketakutan kita untuk gagal."
Perjalanan Aqua Untuk Menjadi Perusahaan Besar Di indonesia
4/
5
Oleh
Ahmad Legowo